Senin, 07 November 2011

Peningkatan Pengguna Rokok

Rokok kini sudah semakin merajalela apalagi dikalangan remaja bahkan kini kaum anak-anak pun telah dipengaruhi. Efek rokok sangat membahayakan kesehatan, karena kandungan berbagai macam bahan kimia berbahaya yang ada di dalam rokok sehingga dengan merokok sama saja kita memasukkan bahan-bahan berbahaya tersebut ke dalam tubuh kita. Di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya dimana 69 diantaranya merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker), zat-zat berbahaya lainnya yang terkandung didalam rokok antara lain tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah,zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan, karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.Dan  masih banyak lagi zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok.
Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa barang yang menimbulkan ketergantungan ini, selain menyebabkan kecanduan juga menyebabkan gangguan kesehatan, seperti kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kehamilan dan janin, dan masih banyak lagi. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita berbagai macam penyakit. Tetapi walaupun banyak perokok yang sudah mengetahui dan memahami bahwa bahaya dari mengkonsumsi rokok itu menimbulkan banyak penyakit, masih saja banyak  orang yang tetap merokok.Oleh sebab itu banyak perokok yang akan terus menjadi perokok seumur hidupnya.
 Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2001 dan  2004 didapatkan kenaikan pada jumlah perokok baik dewasa maupun anak-anak di Indonesia. Dimana kenaikan terjadi pada perokok perempuan baik dewasa ataupun remaja serta anak-anak. Pada tahun 2001 jumlah perokok perempuan dewasa di Indonesia adalah 1,3 % yang kemudian pada tahun 2004 angka tersebut naik menjadi 4,5 % (naik 3,5x) kemudian untuk perempuan remaja (usia 15-19 tahun) pada tahun 2001 sebanyak 0,2 % naik menjadi 1,9 % pada tahun 2004 (naik 9,5x). Untuk perokok anak-anak sendiri (usia 5-9 tahun) pada tahun 2001 sebesar 0,4 % naik menjadi 1,8 % pada tahun 2004 (naik > 4x).
Berdasarkan statistik pengguna rokok tersebut membuat kita semakin prihatin karena jumlah perokok aktif semakin meningkat serta dapat dilihat juga tidak hanya orang dewasa yang jumlah penggunanya semakin banyak tapi ada juga anak-anak yang berusia 5 tahun sudah mengenal rokok. Jumlah calon-calon penerus bangsa pun akan semakin berkurang, akibat rokok tersebut.
Meningkatnya angka perokok ini disebabkan karena maraknya iklan rokok yang beredar di masyarakat, apalagi pada iklan tersebut dibuat agar orang – orang memiliki pandangan bahwa dengan merokok orang akan sukses dan tampak tangguh. Iklan, promosi ataupun sponsor kegiatan yang dilakukan oleh para produsen rokok adalah sarana yang sangat ampuh untuk mempengaruhi remaja dan anak-anak. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Hamka beserta Komnas Anak pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa sebanyak 99,7 % anak melihat iklan rokok di televisi, dimana 68 % mengatakan memiliki kesan positif terhadap iklan rokok tersebut dan 50 % mengatakan menjadi lebih percaya diri seperti di iklan.
Selain iklan yang beredar, pengaruh pergaulan teman sebaya juga menjadi akibat dari banyaknya pertumbuhan perokok baru. Agar dapat diterima dalam suatu kelompok, banyak  remaja mendapatkan desakan dari teman-teman mereka agar mereka bisa diterima dalam pergaulan selain itu supaya dapat dipandang lebih keren oleh lawan jenisnya. Banyak juga yang terpengaruh akibat rasa keingintahuan yang besar, misalnya jika orangtua merokok dan anak-anak melihat maka mereka akan mencontoh kelakuan orangtuanya tersebut. Hal ini tentu harus menjadi perhatian tersendiri bagi para orang tua untuk dapat memberi pemahaman terhadap anak-anaknya. Pada remaja, masalah kesehatan jangka pendek termasuk diantaranya penyakit yang dapat timbul akibat rokok adalah gangguan pernafasan, kecanduan nikotin serta meningkatnya resiko untuk menggunakan bahan berbahaya lain termasuk obat terlarang. Sedangkan masalah jangka panjangnya adalah bila orang telah menjadi perokok aktif maka biasanya akan terus menjadi perokok aktif sepanjang hidupnya. Kini ada juga yang mengatakan, bahwa bahaya rokok juga dapat membahayakan orang yang menghisap asap rokok dari perokok aktif, bahkan dampak yang akan terjadi akan lebih buruk , orang yang menghisap asap rokok ini disebut perokok pasif.
Agar  terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh rokok maka kita harus bisa mengendalikan diri kita, selalu tanamkan pola hidup sehat,memberikan pandangan bahwa rokok itu tidak memberikan efek yang baik bagi kita malah akan menjerumuskan kita ke dalam hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Selain itu ada beberapa cara agar tidak ada lagi perokok baru dan dapat terhindar dari bahaya rokok yaitu (1) Pahami ketertarikan yang dapat ditimbulkan oleh rokok, remaja menggunakan rokok sebagai cara untuk dapat diterima oleh teman-temannya. Agar pandangan anak tidak terlalu jauh terhadap rokok maka ajak anak untuk berdiskusi tentang pandangannya terhadap rokok, dan berikan penjelasan yang baik. (2) Katakan tidak pada rokok, sebagai orang tua yang peduli terhadap anaknya maka tetaplah katakan tidak pada rokok dan katakan bahwa tindakan tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain akan terkena dampaknya. (3) Berikan contoh yang baik, anak biasanya akan meniru tindakan orang terdekatnya, bila orang tua melarang anaknya untuk merokok, maka sebaiknya orang tua pun juga tidak mengkonsumsi rokok. (4) Rokok bukanlah hal yang keren,tunjukkan pada anak bahwa merokok bukanlah sesuatu hal yang keren atau dapat dibanggakan. Katakan bahwa rokok dapat menyebabkan hal-hal buruk dapat terjadi. (5) Rokok membuang-buang  uang, karena merokok merupakan hal yang mahal. Katakan pada anak jika uangnya lebih baik digunakan untuk membeli keperluan yang bermanfaat. (6) Pahami tekanan dari teman sebaya,adanya teman yang merokok dapat mempengaruhi anak. Berikan mereka kepercayaan diri untuk dapat bersosialisasi dengan teman mereka tanpa merokok, misalnya dukung anak agar selalu berprestasi maka dengan itu anak akan lebih banyak mendapatkan teman tanpa harus mengkonsumsi rokok. (7) Tangani kecanduan akibat rokok dengan serius, banyak remaja yang percaya bahwa mereka dapat berhenti merokok kapanpun mereka mau, mereka harus bisa mengatasi kecanduan tersebut dengan mengganti rokok dengan sesuatu misalnya memakan permen. (8) Berikan gambaran mengenai masa depan mereka, anak-anak cenderung percaya bahwa mereka tidak akan terkena dampak buruk dari rokok. Oleh karena itu berilah contoh orang yang anda kenal yang menderita penyakit akibat mengkonsumsi  rokok. (9) Awasi penggunaan produk bertembakau lainnya. (10) Ikut terlibat secara aktif, aktiflah untuk ikut terlibat dalam kegiatan pencegahan rokok baik di sekolah ataupun lingkungan rumah.
Peningkatan pengguna rokok ini harus segera ditanggulangi,agar tidak menyebabkan hal-hal yang buruk terjadi. Selain itu para perokok sebaiknya menahan keinginan untuk merokok, misalnya lebih sering berolahraga atau dapat juga mengganti rokok dengan sesuatu seperti permen agar rasa kecanduan terhadap rokok bisa diminimalisir. Untuk para remaja yang baru mengenal lingkungannya, mereka harus bisa memilih apa yang baik dan yang buruk  dalam suatu pergaulan tersebut. Para orangtua pun kini harus lebih memperhatikan pergaulan dan menjaga anak-anak mereka.



Rabu, 07 September 2011

GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada seseorang individu. Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien maupun bagi tenaga kesehatan. Asosiasi Internasional utuk Penelitian Nyeri mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai keadaan dan situasi, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Misalnya, perawat penyelenggara asuhan keperawatan di rumah merawat klien yang menderita kanker terminal, perawat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memnberikan pertolongan pertama pada kecelakaan pada seorang anak yang mengalami cedera, dan perawat klinik mengusulkan terapi untuk menangani nyeri akibat atritis kronik. Karena pengalaman nyeri bersifat dinamis, perawat memiliki tanggung jawab untuk memahami pengalaman rasa nyeri. Perawat, klien, keluarga, dan anggota tim perawatan kesehatan harus berkolaborasi untuk mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol nyeri. Perawat bertanggung jawab secara etis untuk mengontrol nyeri dan menghilangkan penderitaan nyeri klien. Penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya mengurangi ketidaknyamanan fisik tetapi juga meningkatkan mobilisasi lebih awal dan membantu klien kembali bekerja lebih dini, mengurangi kunjungan klinik, memperpendek masa hospitalisasi, dan mengurangi biaya perawatan kesehatan.
            Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Mahon, 19940).
Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ). Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri.
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord.
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya.
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik dan/atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang. Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang sehingga dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali perawat mengkaji nyeri dari kata-kata, prilaku ataupun respons yang diberikan oleh klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam upaya menghilangkan nyeri maka perawat harus yakin dahulu bahwa nyeri itu memang ada.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri , maka prilakunya akan berubah. Misalnya, seseorang yang kakinya terkilir pasti akan menghindari aktivitas mengangkat barang yang memberikan beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa telah terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri.
Nyeri mengarah pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik degan nyeri yang merupakan gejala umum.
         Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Kerusakan jaringan yang nyata misalnya terjadi pada nyeri akibat luka operasi. Berpotensi rusak misalnya pada nyeri dada karena penyakit jantung (Angina Pectoris) dimana timbul nyeri sebagai pertanda akan terjadi kerusakan atau berpotensi rusak pada otot- otot jantung bila tidak ditangani secara benar. Menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan misalnya nyeri yang timbul setelah sembuh dari penyakit herpes (Neuralgia Pasca Herpetica), dimana terjadi nyeri meskipun tidak ada kerusakan jaringan.
          Rasa nyeri adalah anugerah dari Tuhan dan merupakan masalah unik, karena sebagai suatu tanda mekanisme perlindungan diri, contoh sederhana bila tangan menyentuh bara api maka pada orang normal akan merasakan panasnya bara api kemudian secara spontan akan menjauhkan tangan dari sumber panas tersebut. Bisa dibayangkan seandainya kita tidak bisa merasakan panas atau nyeri maka akan terbakarlah tangan oleh bara api tersebut.
           Bila nyeri tidak ditangani secara benar maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut, contohnya nyeri setelah operasi, nyeri setelah sembuh dari penyakit herpes, bila tidak ditangani secara benar maka akan menjadi nyeri kronis yang merupakan permasalahan besar dan sulit ditangani karena terjadi perubahan ekspresi dari saraf- saraf. Nyeri seperti inilah yang diklasifikasikan sebagai nyeri kronis yang ditandai dengan adanya persepsi nyeri tanpa kerusakan jaringan.
           Berdasarkan mekanismenya, nyeri dibagi menjadi nyeri akut, nyeri kronik dan nyeri kanker. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya berlangsung beberapa hari sampai proses penyembuhan. Tanda- tanda utama inflamasi adalah: rubor (kemerahan jaringan), kalor (kehangatan jaringan), tumor (pembengkakan jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan fungsi jaringan).
           Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu berlangsungnya lama atau merupakan ikutan dari proses akut, dimana nyeri masih berlangsung meskipun kerusakan jaringan sudah sembuh. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri akut dan nyeri kronis dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri berlangsung terus- menerus sesuai dengan perkembangan kankernya, bilamana kanker tidak ditangani.
       
  Berdasarkan kualitasnya nyeri dibagi menjadi: nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. Pada nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
       
   Kwalitas nyeri dipengaruhi juga oleh faktor psikis. Contoh kasus misalnya bila seorang tukang ketik dan seorang petani sama- sama mengalami luka pada jari tangan, maka si tukang ketik akan merasakan lebih nyeri pada jari tangan karena berhubungan dengan psikis mengingat jarinya identik dengan alat untuk mencari nafkah, sedangkan seorang petani misalnya cenderung akan merasakan kurang nyeri karena menganggap luka di jari tangan sebagai hal yang biasa dan mengabaikan saja.
            Mekanisme nyeri, nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsang nyeri diubah menjadi depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi, saraf sensoris perifir yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis disebut sebagai neuron aferen primer, jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima kedua, neuron yang menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut neuron penerima ketiga. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer, medula spinalis atau supraspinal. Modulasi ini dapat menghambat atau memberi fasilitasi. Persepsi, nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun mekanismenya belum jelas.
             Zat- zat penghasil nyeri, pembedahan akan menyebabkan kerusakan sel dengan konsekuensi akan mengeluarkan zat- zat kimia bersifat algesik yang berkumpul di  sekitarnya dan dapat menimbulkan nyeri. Zat mediator inflamasi tersebut diantaranya: bradikinin, histamin, katekolamin, sitokinin, serotonin, lekotrien, prostaglandin dan substansi-P. Nyeri dapat berlangsung berjam- jam sampai berhari- hari.
            Respons sistemik terhadap nyeri, nyeri akut berhubungan dengan respons neuroendokrin sesuai derajat nyerinya. Nyeri akan menyebabkan peningkatan hormon katabolik dan penurunan hormon anabolik. Manifestasi nyeri dapat berupa hipertensi, takikardi, hiperventilasi (kebutuhan Oksigen dan produksi karbon dioksida meningkat), tonus sfingter saluran cerna dan saluran air kemih meningkat (ileus, retensi urin).
    
  Skala nyeri, pengetahuan tentang nyeri penting untuk menyusun program pengobatan nyeri setelah pembedahan. Derajat nyeri dapat diukur dengan macam- macam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal dasar, skala analog visual. Secara sederhana nyeri setelah pembedahan pada pasien sadar dapat langsung ditanyakan pada yang bersangkutan dan biasanya dikatagorikan sebagai: tidak nyeri (none), nyeri ringan (mild, slight), nyeri sedang (moderate), nyeri berat (severe) dan sangat nyeri (very severe, intolerable).
           Metoda pengobatan nyeri, sesuai dengan step ledder dari WHO maka untuk mengatasi nyeri ringan digunakan obat anti inflamasi non steroid, untuk mengatasi nyeri sedang digunakan obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid lemah dan untuk mengatasi nyeri berat digunakan obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid kuat. Selain pengobatan diatas kadang dibutuhkan juga pengobatan tambahan diantaranya obat sedatif bila nyeri disertai stress, pengobatan akupunktur untuk mengatasi nyeri kronik, sampai blok anestesi. Untuk masyarakat umun  bila mengalami nyeri disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan sesuai dengan masalah nyeri yang dialami.
           Metoda pengobatan nyeri dapat dengan cara sistemik (oral, rectal, transdermal, sublingual, subkutan, intramuscular, intravena atau perinfus). Cara yang sering digunakan dan paling digemari ialah intramuscular opioid. Metoda regional misalnya dengan epidural opioid atau intraspinal opioid. Kadang- kadang digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi sebelum pembedahan selesai misalnya pada sirkumsisi atau pada luka operasi usus buntu (apendektomi).
Ganong, (1998), mengemukakan proses penghantaran transmisi nyeri yang disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh 2 (dua) sistem serat (serabut) antara lain:
(1).Serabut A – delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 – 5 (m yang menghantar dengan kecepatan 12 – 30 m/detik yang disebut juga nyeri cepat (test pain) dan dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik, serta memiliki lokalisasi yang dijelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan kulit.
(2).Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 –1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau lebih, bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar.
Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis verikut, yakni resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasul nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau diransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (McNair, 1990).   


Sumber :
Perry & Potter.2005.Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : Buku kedokteran EGC